Privasi dan Jejaring Sosial

Monday 28 November 2011

Akses internet yang semakin murah, serta penetrasi gadget yang semakin meluas di masyarakat, dan semakin populernya social media, secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi cara manusia menggunakan media digital terutama jejaring sosial. Cara manusia terkoneksi dan berkomunikasi satu sama lain pun terpengaruh oleh fenomena ini. Masalah pribadi, pikiran, pendapat, bahkan curhatan, sekarang bukan melulu menjadi konsumsi pribadi dan orang terdekat, namun di post di twitter, status facebook. Berlomba mengumpulkan follower, retweet, mentions, like dan komentar status. Menjadi menarik adalah bagaimana definisi privasi telah berubah dan batasannya semakin kabur dan personal.
Setiap jejaring sosial memiliki kebijakan mengenai penanganan privasi di situsnya.
Jejaring Sosial memiliki kebijakan privasi untuk menggunakan, mengumpulkan, mengungkap serta melindungi data penggunanya untuk digunakan dalam layanan dan meningkatkan kualitas layanannya yang disimpan dalam halaman privacy policy. Privacy policy ini kemudian mengatur penanganan data informasi yang disimpan di jejaring sosial tersebut, termasuk username, atau mungkin email, data pribadi, foto-foto yang diunggah, dan hal-hal informasi lainnya.
Pada dasarnya, setiap jejaring sosial memberi keleluasaan bagi pengguna untuk mengatur privasinya sendiri, dengan caranya masing-masih. Facebook menerapkan filter, Twitter dan Plurk dengan Protected Profile-nya, G+ dengan fitur Circle-nya.
Bahkan di setiap situs jejaring sosial, ketika mendaftar, setiap pengguna diharuskan membaca privacy policy sebelum menggunakan jejaring sosial tersebut.
Namun pada akhirnya masalah privasi ini kembali ke penggunanya. Jejaring sosial sudah memberikan fitur keamanan dan privasi untuk melindungi data dan informasi pribadi dari pengguna. Sudah seharusnya pengguna menyadari dan paham akan netiket, tata cara, aturan serta tujuan dari pengguna dalam menggunakan dan mengisi jejaring sosial.
Seperti yang diungkapkan twitter di privacy policy-nya:
"What you say on Twitter may be viewed all around the world instantly."
Walaupun jejaring sosial sudah menjelaskan kebijakan tentang privasi, sebagian besar tetap bisa diatur ulang oleh penggunanya, karena privacy policy perusahaan jejaring sosial hanya mengatur masalah-masalah dasar akun, email, nama dan usia pengguna.
Ironisnya kini, bisa dibilang, privacy di jejaring sosial sudah tidak ada lagi. Manusia sebagai pengguna jejaring sosial, memiliki kecenderungan untuk mencari perhatian dan apresiasi. Sedang berada di suatu tempat pun, orang-orang cenderung ingin seluruh dunia tahu, dengan melakukan check-in di media foursquare, misalnya. Berebut like di facebook, berebut jumlah view, like serta comment di youtube, mendorng manusia semakin berlomba menyajikan konten dan informasi yang menarik perhatian, yang akhirnya tanpa disadari, informasi tersebut memuat konten yang seharusnya bukan menjadi konsumsi publik.
Privasi menjadi sebuah tantangan setiap individu di jejaring sosial, bahkan perusahaan sekalipun, sehingga diperlukan kebijakan dalam menggunakan jejaring sosial.

2 comments:

tyas wirani said...

hei fikri, sekalian blog walking nih hehehee. setuju banget jaman sekarang uda hampir ga ada privasi di jejaring sosial. misalnya kaya memberikan informasi yang serius ato sekedar nulis aja di twitter, plurk, atau status fb. otomatis follower atau temen2 kita yg bs mengakses profil kita jd tau info sekecil apapun itu (aku juga ky gitu sih hahahaa. :P).

tp yah namanya juga jejaring sosial. mau nulis info apa, aku yakin orang uda mikir duluan. apakah itu hal yang masih dlm batas wajar utk diketahui orang lain (kecuali yg lebay :P) dan konsekuensi apa yang akan didapat kalo dibaca orang lain. aku jadi inget quote tentang privasi dan jejaring sosial. intinya sih jejaring sosial adalah yg pertama kali tau about what had happen to us. hyehehee. nice blog btw :)

Unknown said...

yupyup!

eranya sudah berubah, dan tantangan semakin banyak!

blogmu tak taroh blogroll ya

Post a Comment