Aaron Ramsey dan Mathieu Flamini
Diluar kalangan para penggemar sepakbola, dua nama diatas bakal cukup asing di dengar, mungkin level reputasi dan ketenaran mereka berdua belum sekelas Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, yang bisa dibilang hampir semua orang udah pernah dengar namanya.
Mereka adalah dua pemain sepakbola Arsenal, keduanya gelandang. Well gue ga bakal bahas tentang gimana hebatnya mereka bermain bola atau bagaimana sebaiknya orang-orang mendengar namanya. Ya, mungkin sedikit sih, tapi ada sedikit cerita tentang Aaron Ramsey dan Mathieu Flamini.
Flamini aja dulu kali ya. Mathieu Flamini, pernah main di Arsenal dan pergi taun 2008, dan kembali di tahun 2013. Kalau nonton Arsenal, yang didominasi sama pemain berteknik tinggi, kreatifitas dan pergerakan serangan yang oke, dribel keren, penuh style dan cenderung flamboyan, Flamini ini adalah seorang pemain yang tidak memiliki semua itu sebaik rekan-rekannya. He is the hard man. Namanya tidak seterkenal Wilshere, Ozil, Walcott, Cazorla, tidak seflamboyan dan sekreatif mereka, mainnya pun ngga setenang Arteta, offensive positioning dan all-round playnya juga ngga seoke Ramsey misalnya.
Tapi dibalik semua hal yang ngga seoke rekan-rekan sekelilingnya, dia adalah pemain yang menjaga mesin Arsenal tetap bekerja. Justru, Flamini sadar akan semua keterbatasannya dan sekaligus tau apa yang harus dia lakukan dengan kemampuannya. Berkali menutup pergerakan lawan, meneriaki teman supaya fokus dan mengatur lini pertahanan di tengah, terjang sana-sini, tekel, bahkan kadang berani melakukan pelanggaran cerdik yang agak keras. The pundit says, he does the dirty work. Dia ngga ikut maju dan dribel bola lama buat melewati lawan, ngga bikin operan yang membuka pertahanan lawan. Tapi dia pemain yang berjuang merebut bola dan mencari rekan setimnya untuk melakukan hal yang lebih produktif ketika menyerang, sekaligus menjaga ball retention di lini pertama penyerangan.
Mungkin, di kehidupan kita, kita juga kadang mengalami keadaan dimana kita merasa berada di lingkungan yang cukup bikin kita "minder", bukan karena kita ga bisa, tapi apa yang bisa kita lakukan, rekan atau teman atau orang di sekeliling kita selalu ada yang melakukannya dengan sangat flamboyan, menarik perhatian, dan membuat, katakanlah, kantor tempat kita bekerja jadi terkenal, mencapai target, dan memenangkan sesuatu. Well, we can learn from him.
Tidak masuk kategori hebat melakukan sesuatu hal, bukan berarti kita ngga jago melakukan hal lain. Mungkin atasan atau orang lain ada yang tetap percaya sama kita melakukan suatu tugas karena mereka percaya, sebenarnya apa yang benar-benar kita miliki sangat berguna untuk hal tsb, daripada hal yang kita ingin kita miliki. Mungkin bisa membuat orang-orang tetap bersatu, terarah, atau bekerja keras sehingga teman-teman kita yang lebih jago di bidangnya bisa tetap berkontribusi maksimal. In short, learn what your role needs! Semua orang punya kapabilitasnya masing-masing.
Flamini ngga punya kemampuan dribel dan playmaking macem Wilshere atau Ozil, ga secepat Walcott, ngga seflamboyan Cazorla. Tapi dengan menjalankan tugasnya sebagai gelandang bertahan, yang ga semua penonton dan fans ngelihat perannya, sekaligus menjaga fokus dan daya juang teman-teman disekililingnya, membuat nama-nama yang disebut tadi bisa lebih bebas berkreasi dan tidak harus begitu keras menjalankan peran yang tidak begitu bagus mereka lakukan: tracking back dan bertahan.
Pelajari siapa dirimu, berdamai dengan apa yang kamu kuasain. Tapi bukan berarti cuma puas segitu-gitu aja. Flamini ga bakal berada di Arsenal kalo dia bukan pemain profesional yang bekerja keras dan mendorong dirinya hingga ke batas, dengan dia sadar perannya sebagai gelandang bertahan. Sadarilah kita semua punya peran penting di kehidupan.
Cheers!
Cerita Pernikahan di Awal Masa Pandemi Covid-19
3 years ago
0 comments:
Post a Comment